Jumat, 05 Oktober 2012

islam

Pendahuluan: Sikap adil terhadap Bani Umayyah
Pembukuan sejarah Bani Umayyah dilakukan pada masa pemerintahan musuhnya, yaitu Bani Al ‘Abbas -semoga Allah merahmati mereka semua-. Ditulis setelah musuh-musuh mereka menyebarkan berbagai riwayat dusta, kisah yang dibuat-buat, dan sikap berlebihan yang amat janggal tentang Bani Umayyah, yang disandarkan padas syubuhat (kerancuan), kejadian-kejadian tertentu, atau kedustaan yang nyata. Tuduhan-tuduhan batil itu bisa disimpulkan dalam poin-poin berikut:
1. Mengekspos berita-berita tentang sejarah Bani Umayyah di masa jahiliyyah dan sikap mereka yang memerangi Islam ketika itu, dibarengi dengan melupakan peran mereka setelah mereka masuk Islam.
2. Mengekspos dan membesar-besarkan kabar tentang berbagai fitnah yang terjadi di masa pemerintahan mereka dan penyebaran kedustaan seputarnya.
3. Mengekspos berita tentang titik kelemahan, kesalahan, dan aib disertai upaya melupakan jasa-jasa mereka yang banyak.
4. Penyebaran isu-isu dan kedustaan tentang para khalifah yang masa pemerintahannya hanya sebentar atau dikenal dengan kelemahan atau sebagian penyimpangannya. Kemudian dibesar-besarkan dan senantiasa diulang.
5. Menjadikan penilaian musuh-musuh Bani Umayyah yang semasa dengan mereka dan dijadikan sebagai bukti otentik dan sandaran utama.
6. Adanya upaya penyebaran gambaran jelek dalam bentuk syair-syair atau prosa yang menggambarkan masa pemerintahan Bani Umayyah. Hal ini dimaksudkan untuk menerangkan kerusakan masa itu. Atau menyandarkan bait-bait sya’ir yang tidak baik kepada para penyair yang ada di masa itu. Dan upaya-upaya yang sejenisnya.
7. Membuat kedustaan tentang perbuatanperbutan keji kepada mereka dan menyebarkannya.
Kita tidak mengatakan bahwa Bani Umayyah tidak memiliki cela seperti masa para Al Khulafa Ar-Rasyiduun radhiyallahu ‘anhum akan tetapi pada saat yang sama tidak ada pula perbuatan melampaui batas dan kefasikan yang digambarkan oleh sebagian buku-buku sejarah sebagai bentuk kejahilan. Masa mereka adalah masa yang mulai muncul sedikit perubahan dalam hukum dari hukum yang ada pada masa Khulafaa’ Ar Rasyidiin dan celah-celah penyimpangan sedikit demi sedikit bertambah melebar bersama perjalanan waktu.
Adapun masyarakat Islam adalah tetap sama dengan keadaan di masa para Khalifah Ar Rasyidiin walaupun agak sedikit terpengaruh oleh banyaknya harta dan budak yang didapat dari sekian penaklukan. Kehidupan mereka menjadi bertambah nyaman, walaupun demikian mereka tetap memenuhi panggilan jihad ketika mendengarnya dan meninggalkan kehidupan yang gemerlap itu demi jihad di jalan Allah. Dengan semangat inilah mereka berhasil menaklukan sejumlah negeri yang tersebar di muka bumi Allah.
Tidak benar pula apa yang selalu diulang-ulang oleh kebanyakan sejarawan kontemporer bahwa masyarakat Islam terpecah menjadi sejumlah kelompok, golongan, dan gerakan-gerakan politik. Yang demikian adalah perkara yang tidak memiliki dasar sama sekali, bahkan hanya sekedar hasil dari khayalan dan impian. Segala apa yang dikisahkan tentang Rafidhah dan Khawarij dan sekte menyimpang lainnya mereka tidaklah mewakili kecuali hanya sebagian kecil dari masyarakat muslimin yang berkumpul begitu banyaknya dan hanyalah sebuah bagian yang kecil (tidak dianggap) bila dihadapkan kepada masyarakat yang mayoritas mereka berjalan di atas keyakinan (aqidah) Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Para musuh Islam memfokuskan pada aib Bani Umayyah yang bisa dihitung dan merangkai sekian kedustaan yang tidak bisa dihitung diseputarnya. Mereka melupakan keutamaan dan jasa-jasa baik yang kita ringkas sebagai berikut:
1. Apa yang telah kami sebutkan dari keshalehan dan kelurusan mayoritas khalifah Bani Umayyah yang di antara mereka ada dari kalangan shahabat dan tabi’iin (murid-murid shahabat).
2. Mereka lebih mendahulukan para ulama dan tokoh-tokoh utama masyarakat dari kalangan shahabat dan tabi’iin dalam hal pemerintahan dan komando. Di antara mereka adalah ‘Amr bin Al ‘Ash dan putranya Abdullah, Busr bin Artha-ah, An Nu’man bin Basyir, Abdurrahman bin Khalid bin Al-Walid, dan selain mereka dari para panglima yang mulia dan para perawi hadits, yang telah dipersaksikan atas keshalehan mereka.
3. Sistem pengadilan yang independen dan kemuliaan para qadhi (hakim), serta hukum yang berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat. Sehingga baik pemimpin maupun rakyat dalam pengadilan adalah sederajat.
4. Upaya pelebaran wilayah Islam (penaklukan) yang luas dalam rangka menyebarkan Islam dan semangat membara yang ada pada mereka untuk melancarkannya. Mereka mengirimkan anak-anak dan saudara-saudara mereka untuk berperang di jalan Allah dan tidak hanya sekedar mengirim komandan dan para mujahidin. Hal ini merupakan bentuk kecintaan mereka terhadap jihad.
5. Pembangunan negara, menyuburkan lahan, membuka parit-parit, mengalirkan saluran-saluran irigasi dari sungai, memudahkan kehidupan rakyat, membangun tempat-tempat yang dibutuhkan rakyat dan masjid-masjid, dan mengembangkan perluasan ilmu yang ini semua akan dirinci pada Bab Kemajuan Pembangunan, Insya Allah.
Namun mengapa Daulah Umawiyyah tetap runtuh dan hilang kejayaan mereka?
Bersambung..
Sumber: Disalin dari buku “TARIKH DAULAH UMAWIYYAH”, Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, Riyadh Saudi Arabia, Penerjemah: Fathul Mujib, Muroja’ah: Ustadz Abu Muhammad ‘Abdul Muthi, Lc Hafizhahullah, Penerbit Hikmah Ahlus Sunnah, Cet.Kedua, Hal.87-88

Tidak ada komentar:

Posting Komentar